Halo iiters, di postingan sebelumnya kita membahas tentang apa yang menyebabkan orang tetap memilih belanja konvensional dibanding belanja online. Salah satu alasannya karena sampah pembungkus belanjaan yang banyak, sehingga menimbulkan permasalahan baru mengenai sampah.

Banyak online shop yang menggunakan buble wrap untuk membungkus produk. Belum lagi pihak ekspedisi pengiriman yang terkadang membungkus lagi dengan plastik, jadi dobel deh sampahnya. Sementara kalau kita belanja konvensional lebih bisa memimalisir sampah dengan membawa kantong belanja sendiri kan.

Nah, lalu bagaimana supaya meskipun belanja secara online atayu delivery tetap bisa meninimalisir sampah?

1. Hanya gunakan buble wrap utuk barang yang mudah rusak jika terkena guncangan. Karena sekarang trennya bubble wrap, barang apaa aja di bubble wrap-in. Buku misalnya dibanting juga kan ga masalah, ga perlu di-bubble wrap. Bisa dibungkus dengan plastik bekas yang bersih misalnya. 

2. Gunakan alternatif buble wrap yang lebih ramah lingkungan. Manfaat buble wrap adalah sebagai peredam benturan atau goncangan. Carilah alternatif pengganti buble wrap yang lebih ramah lingkungan. Misakya dibungkus kardus bekas.

3. Sebagai konsumen, jika menerima paket, bukalah dengan hati-hati, jangan merusak kemasan, karena kemasan bisa dipakai lagi. Saya suka menyimpan buble wrap dari paket-paket yang saya beli, buble wrap bisa dimanfaatkan di kemudian hari jika saya butuh kirim barang. Apalagi buble wrap punya banyak manfaat lain di luar paket, misalnya manfaat buble wrap untuk mengisolasi jendela supaya angin luar tidak masuk merambat lewat sisi jendela, manfaat buble wrap untuk menjaga makanan beku tetap dingin, menfaat buble wrap menjaga kondisi sepatu yang lama tak terpakai dengan membungkusnya, dll.



4. Sampaikan kepada ekspedisi jika paketmu sudah dilapisi plastik tidak perlu dibungkus plastik lagi dari sana. Ada ekspedisi yang suka menambahkan plastik, sejauh ini JNE yang saya lihat melakukan hal ini. Mungkin sih maksudnya biar paket aman ya, ngga kena basah. Tapi kalau kita sudah mengemasnya dengan plastik tidak perlulah ditambah plastik lagi.

5. Cari toko yang menyediakan semua kebutuhanmu. Ya daripada kita belinya nyebar-nyebar, sabun di toko A, keset di toko B, handuk di toko C. Lebih baik cari satu toko yang menyediakan itu smeua. Biar sekliagus ngirim jadi sampah pembungkusnya ngga banyak.

6. Usulan buat produk delivery baik itu via gojek, grab atau langsung dari toko/restonya. Lebih baik punya kantong/box belanjaan khusus, untuk wadah belanjaan konsumen. Tapi nanti barang diserahkan ke konsumen tanpa kantongan tersebut. Misalnya orang beli nasi ayam gireng kan ditarus di dus, nah gaperlu pakai kantong plastik, tarok aja di wadah milik mereka, nanti serahkan ke konsumen hanya dus makanan tanpa kantongannya. Paham kan ya maksud saya.

Nah itulah tadi cara meminimalisir sampah kemasan belanja online. Sedikit ribet, mungkin itu yang ada di pikiran kamu. Tapi sebenarnya ngga kok hanya karena kita belum terbiasa saja. Toh ini juga demi kebaikan kita bersama. Bayangkan kalo tiap hari bertambah tumpukan sampah dari kemasan belanja online. Bukan hanya satu, tapi dari sekian ribu orang yang belanja. Lalu sampah itu lama terurainya di tanah, butuh waktu puluhan tahun. Bumi jadi lautan sampah. Ih serem ya....

2 Comments

  1. Waah makasih sarannya mbak, jadi mau ngumpulin bubble wrap nih

    ReplyDelete
  2. Betul mba. Gak cuma belanja online, selama pandemi ini sampah plastik nambah. Liat aja kalo pas breakfast di hotel. Semua mua diwrapping! Setiap pengunjung dikasi sarung tangan plastik. Maksudnya biar higenis sih.

    ReplyDelete

Maaf ya iriters karena banyaknya spam yang masuk, semua komen dimoderasi dulu. Terimakasih sudah berkunjung :)